Melacak Jejak Kehidupan Di Planet Mars
Planet kembaran Bumi, Mars, tak
henti-hentinya memberikan “kejutan” kepada para ahli. Tim peneliti dari
Mars Global Surveyor (MGS), pesawat NASA yang diluncurkan pada tahun
1996 dan mengorbit Mars sejak 2 September 1997, berhasil menemukan jejak
air yang baru terbentuk kurang dari delapan tahun lalu. Jejak air ini
memberikan petunjuk kemungkinan masih adanya kehidupan di bawah
permukaan tanah Mars.
Upaya mencari bukti kehidupan di luar
Bumi, yakni di Mars dan anggota tata surya lainnya dan bahkan makhluk
cerdas di luar tata surya, hingga kini belum juga menuai hasil. Namun,
ketiadaan bukti itu tidak menyurutkan semangat para ahli untuk tetap
mencari. Bukti kehidupan itu, jika nanti ditemukan, tentu akan membuat
heboh dunia: Bumi bukan satu-satunya benda langit yang dihuni makhluk
hidup. Sebaliknya, bila nanti ternyata bukti tidak kunjung ditemukan,
itu pun bermakna penting: planet Bumi memang sangat istimewa di galaksi
kita (Bima Sakti)
Untuk memburu kehidupan di tata
surya, diluncurkan sejumlah pesawat pengorbit dan robot pendarat Mars.
Tujuannya, mempelajari kondisi atmosfer Mars, permukaannya, sejarah
geologi serta komposisi kimia tanah dan batuan Mars. Pesawat paling
canggih yang mengorbit Mars tahun lalu dan mulai mengirimkan foto-foto
spektakuler adalah Mars Reconnaissance Orbiter (MRO). Begitu
tajamnya foto-foto dari MRO, ia mampu mengenali pesawat pendarat serta
jejak lintasan rover Opportunity dan Spirit yang menjelajah permukaan
Mars.
Namun, “kejutan” baru yang berkaitan dengan jejak air di Mars bukan datang dari MRO, tetapi justru dari pesawat Mars Global Surveyor
(MGS) yang sudah mengorbit Mars sembilan tahun lebih. Kunci penemuan
jejak air di Mars adalah pemetaan seluruh permukaan Mars secara rinci
hingga ketelitian 1,5 meter dan dilakukan berulang-ulang. “Observasi
tersebut merupakan bukti paling kuat saat ini bahwa air masih mengalir
sewaktu-waktu di permukaan Mars dalam beberapa tahun terakhir”, kata
Michael Meyer, ilmuwan senior pada Program Eksplorasi Mars, NASA.
Jejak kehidupan
Air adalah sumber kehidupan.
Tanpa adanya air kemungkinan besar tak akan pernah ada kehidupan di
Bumi. Tabrakan komet-komet dengan Bumi di masa lampau adalah bagian
penting dari evolusi Bumi dan dipercayai telah mengubah Bumi yang
gersang menjadi planet yang berlimpah air. Kita mengetahui permukaan
lautan lebih luas dibandingkan daratan. Planet-planet lain di tata
surya, termasuk Mars, diduga kuat juga mendapat serangan komet-komet dan
asteroid jauh di masa silam. Contoh terkini adalah tabrakan komet
Shoemaker-Levy 9 dengan Jupiter yang sangat spektakuler itu. Keberadaan
kawah-kawah di Mars, Merkurius, serta Bulan, merupakan bukti terjadinya
tumbukan-tumbukan tersebut.
Dari seluruh benda langit di
tata surya, Mars paling mirip Bumi meski kondisinya masih terlalu
ekstrem bagi makhluk hidup (termasuk manusia) untuk tinggal di sana.
Ditemukannya kanal-kanal atau lembah-lembah raksasa di permukaan Mars
memberikan petunjuk keberadaan air yang melimpah di masa lalu. Anehnya,
mengapa saat ini genangan air ataupun air yang mengalir tidak ditemukan
di permukaan Mars seperti di Bumi? Dengan asumsi bahwa komet-komet dulu
pernah membombardir Mars, kemana hilangnya air dari permukaan Mars?
Apakah air itu meresap ke dalam tanah dan batuan Mars?
Pencarian kehidupan sederhana di
planet Mars diawali oleh pendaratan pesawat Viking 1 dan 2 pada tahun
1976. Meski sudah melakukan analisis tanah Mars, ternyata pesawat yang
mendarat di dua tempat berbeda itu tidak menemukan tanda-tanda adanya
kehidupan sederhana. Juga, tidak ditemukan jejak air di sekitar tempat
pendaratan. Meski demikian, pesawat Viking telah memberikan data-data
penting tentang kondisi permukaan serta cuaca dan iklim di tempat
pendaratan yang menjadi acuan bagi misi-misi berikutnya.
Temuan baru
Penemuan adanya pola saluran (gully)
menyerupai bekas aliran di lereng-lereng bukit atau kawah pada kawasan
lintang menengah dan tinggi Mars telah diumumkan tim MGS sejak Juni
2000. Mars Global Surveyor (MGS) membawa tiga kamera, yaitu kamera
dengan resolusi 1,5 meter per piksel, 240 meter per piksel, dan 7,5
kilometer per piksel. MGS berhasil mengumpulkan lebih dari 240.000 foto
Mars. Sayangnya, MGS tidak mengirimkan sinyal ke Bumi sejak 2 November
2006.
Warna pola aliran itu lebih
gelap dari sekitarnya. Ini lebih menyerupai bekas aliran debu atau pasir
halus (bukan air) yang mengalir di lereng-lereng karena terpaan angin.
Ada puluhan ribu pola aliran serupa ditemukan oleh pesawat pengorbit Mars Global Surveyor (MGS), Mars Express milik ESA serta pesawat terbaru Mars Reconnaissance Orbiter
(MRO). Melalui analisis data, tim peneliti MGS menemukan bukti adanya
jejak aliran air yang relatif baru terbentuk di dua tempat terpisah,
yaitu di lereng sebuah kawah tak bernama di kawasan Terra Sirenum dan
Centauri Montes. Berbeda dengan gully pada umumnya yang tampak lebih
gelap dari sekitarnya, jejak aliran air ini tampak lebih terang.
Kawasan Centauri Montes terletak
pada 38,7 derajat Lintang Selatan (LS) dan 263,3 derajat bujur. Gully
atau pola saluran berada pada lereng kawah pada sisi yang menghadap ke
arah ekuator Mars. Pola aliran air di Centauri Montes dikenali pertama
kali oleh tim dari MGS dari foto yang diambil pada 10 September 2005.
Pengecekan terhadap foto daerah yang sama dan diambil pada 21 Februari
2004 memperlihatkan masih adanya pola aliran tersebut. Pencarian data
menemukan foto lokasi yang sama dipotret pada 20 Agustus 1999. Ternyata,
pola aliran air saat itu belum ada. Ini berarti bahwa pola aliran air
di Centauri Montes terbentuk setelah 20 Agustus 1999 dan sebelum 21
Februari 2004.
Penemuan pola aliran air lainnya
yaitu di lereng kawah di kawasan Terra Sirenum (36,6 derajat Lintang
Selatan dan 161,8 Bujur Barat). Kamera MGS mengambil foto daerah ini
pada 26 Agustus dan 25 September 2005. Setelah ditelusuri ke belakang,
ternyata foto yang diambil pada 22 Desember 2001 tidak memperlihatkan
adanya pola aliran itu.
Rencana ke depan
Pola aliran air di lereng kawah
di Terra Sirenum dan Centauri Montes itu menunjukkan bahwa di bawah
permukaan Mars saat ini masih tersimpan air berbentuk cair (bukan es)
atau air yang meresap pada batuan dengan kondisi berlebihan atau
saturasi. Karena di bawah permukaan Mars suhunya lebih hangat
dibandingkan di permukaan maka air tidak membeku. Karena suatu hal,
misalnya pergerakan dalam tanah atau batuan, maka air itu terdorong
keluar ke tempat-tempat yang miring (lereng-lereng bukit atau kawah) dan
memunculkan aliran air.
Temuan ini sangat penting dan perlu dikonfirmasi. Radar pada pesawat Mars Express, yaitu Mars Advanced Radar for Subsurface and Ionosphere Sounding bisa mendeteksi kandungan air di bawah tanah yang tidak terlalu dalam. Selain itu, instrumen MRO yang lebih canggih, Mars Shallow Subsurface Radar, juga diharapkan dapat mendeteksi keberadaan air di bawah permukaan Mars.
Penemuan aliran air memberikan
harapan baru kemungkinan ditemukannya kehidupan sederhana di bawah
permukaan Mars. Temuan itu tentu akan menjadi pertimbangan dalam
merencanakan misi-misi pendaratan di planet Mars, baik jenis instrumen
yang akan dibawa maupun penentuan lokasi pendaratan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !